Makna Puasa di Bulan Ramadhan
Puasa, bukan sekedar kewajiban tahunan, dengan menahan lapar dan
berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun
dalam perilaku dalam bersosialisasi di masyarakat, namun puasa lebih
kepada kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian
kepada hal social kemasyarakatan. Puasa merupakan kewajiban yang
universal, dan sebagai orang yang beragama Islam, maka perlu diyakini
bahwa puasa merupakan kewajiban yang disyariatkan untuk setiap
muslim/mukmin, seperti layaknya sebagai umat dari Nabi Muhammad SAW.
Puasa, merupakan satu cara untuk mendidik individu dan masyarakat
untuk tetap mengontrol keinginan dan kesenangan dalam dirinya
walaupun diperbolehkan. Dengan berpuasa seseorang dengan sadar akan
meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu
dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun mungkin terasa berat
melakukannya.
Puasa juga merupakan kewajiban yang konkret sebagai pembina suatu
kebersamaan dan kasih sayang antar sesama. Sesama orang Islam akan
merasakan lapar, haus, kenyang, dan sulitnya menahan emosi dan amarah
diri. Puasa dalam satu bulan, seharusnya dapat membawa dampak positif
berupa rasa solidaritas dan kepedulian antar saudara, rasa kemanusiaan
yang mendalam atas penderitaan sesama manusia. Perasaan sama-sama
lapar, haus, kesabaran yang lebih, dan kesucian pikiran juga kata-kata,
mampu membuat manusia memiliki rasa kebersamaan dalam masyarakat,
dan menghasilkan cinta kasih antar sesama tanpa memandang latar
belakang, warna kulit, dan agama.
Keistimewaan Bulan Puasa
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang istimewa, bulan penuh berkah,
dan segala amal baik umat-Nya di dunia akan dibalas berlipat ganda
oleh Tuhan. Semangat untuk menjalankan ibadah puasa, mampu membentuk
karakter untuk memperbanyak amal kebajikan maupun amal ibadah spiritual
dalam diri. Selain itu, bulan puasa merupakan bulan yang dapat
digunakan untuk membuat mental menjadi tetap konsisten dan istiqamah
dalam sebelas bulan berikutnya.
Namun, apapun yang diperbuat di bulan puasa ini, semuanya kembali
kepada kesadaran diri masing-masing, untuk memahami makna puasa, dan
makna-makna lain yang akan menentukan sikap dan perilaku diri ke depan
setelah berlalunya bulan puasa. Oleh karena itu, apa yang sampai di
mata dan telinga Allah, adalah niat, maka hati dan pikiran kita untuk
menjalankan ibadah puasa, bukan penampilan lahiriah atau materi
peribadatan yang dilakukan.
Asal Usul Puasa dan Ramadhan
Kata puasa berasal dari Bahasa Sansekerta. Menurut Bahasa Arab,
puasa berasal dari kata shaum atau shiam. Menurut Bahasa Indonesia,
puasa artinya menahan diri. Kata menahan diri mencakup beberapa makna,
seperti menahan diri tidak makan dan minum serta tidak melakukan
hubungan suami istri selama waktu tertentu. Puasa sendiri dikenal oleh
seluruh bangsa di dunia, seperti Indonesia, Mesir kuno, Tionghoa,
Tibet, Arab, dan sebagainya, juga dilakukan oleh hampir seluruh
penganut agama, baik Katholik, Kristen, Hindhu ataupun Budha.
Puasa menurut Islam lebih universal, dan bukan hanya sekedar menahan
diri dari makan dan minum, namun juga menahan diri dari semua hal
yang dilarang oleh Allah, seperti contoh bertahan dari godaan maksiat
dan menjauhi perbuatan keji, juga menjauhi perbuatan yang tidak
terpuji lahir dan batin. Puasa di bulan Ramadhan, merupakan bulan
untuk perenungan dan instropeksi mengenai perilaku diri, dan
sekaligus mengakui kelebihan dari orang lain. Oleh karena sedang
berpuasa, maka mulut akan terjaga dari kata-kata kotor, caci maki,
mengumbar aib orang dan berusaha untuk tidak menyakiti perasaan orang
lain.
Umat Islam diwajibkan menjalani puasa (Q.S.Al-Baqarah:183)dengan
penuh kesadaran dan ketulusan, karena bulan Ramadhan adalah bulan yang
penuh berkah dari Allah. Setiap waktu luang yang ada selama
menjalankan puasa, dapat diisi dengan pertobatan atas dosa dan
kesalahan yang telah diperbuat, banyak berdoa dan berzikir juga
bersedekah kepada fakir miskin, dan aktif dalam kegiatan keagamaan.
Puasa sendiri merupakan suatu proses menjadi orang yang lebih
bertakwa kepada Allah. Maka dari itu, tidaklah benar bila kesempatan
berpuasa sekali dalam setahun harus lewat begitu saja, karena
kesempatan di bulan ini sangat baik untuk memperkaya diri dengan
mencari pahala sebanyak-banyaknya.
Beberapa Kesalahan Ketika Berpuasa
Bulan puasa ini tak lepas dari kekhilafan atau banyak sekali
hambatan yang mencoba menghalangi orang untuk berpuasa. Berikut
beberapa hal yang sebaiknya dihindari atau dihilangkan, agar puasa
dapat berjalan lancer dan lebih bermakna.
Malas dan tidak semangat ketika berpuasa
Sebagian orang berasumsi bahwa puasa identik dengan istirahat dari
aktivitas kerja pada hari biasa, sehingga mengakibatkan efek
menurunnya produktivitas kerja. Seringkali sebagian orang merasa malas
atau kelesuan ketika harus menahan lapar, haus, rasa penat selama
berpuasa. Sebenanya dengan berpuasa, dapat mendidik Anda untuk mampu
bertahan dalam kondisi sepenat apapun, lebih bersabar, dan mampu
meningkatkan ketahanan daya tahan tubuh. Oleh karena itu, tidaklah
perlu berlindung di balik makna puasa untuk menutupi kebenaran akan
mental yang loyo dan malas.
Puasa tapi…
Bagi sebagian umat Islam mengira bahwa puasa dijalankan hanya karena
kewajiban, namun melupakan ibadah shalat fardhu. Shalat fardhu
sendiri merupakan rangkaian dari puasa, sehingga tidak bisa untuk
dipisahkan, karena jika iya, maka akan menggugurkan predikat muslim
yang beriman dari dirinya. Puasa di bulan Ramdhan juga menjadi
batasan, seperti menahan untuk tidak makan, minum, dan berhubungan
suami-istri di siang hari, hal-hal yang di luar kontrol, seperti
ucapan jorok, pikiran kotor, dan sebagainya. Mengenai shalat tarawih,
merupakan sunnah dari Allah SWT, dan berpuasan tanpa shalat tarawih
adalah hal yang sangat disayangkan, karena amalan sunnah di bulan ini
akan mendapatkan porsi yang sama dengan amalan wajib.
Sibuk puasa dan sibuk…
Banyak paradigma dalam sebagian orang yang sepertinya harus diubah,
seperti saat berbuka adalah saatnya ‘membalas’ keterikatan yang
menimpa mereka, sehingga tingkah laku mereka sama dengan anak kecil
yang baru belajar puasa. Kesibukan lainnya ketika sedang berpuasa,
seperti penegakkan hak-hak berlebihan yang harus dilakukan kepada
badan. Contohnya, sebagian orang menganggap bahwa agar puasa tetap fit,
maka waktu sahur digunakan untuk makan dan minum berlebihan, bahkan
hingga melupakan shalat shubuh, dan juga shalat maghrib di waktu
berbuka.
Puasa dan Tidur
Memang sebagian orang memiliki pemahaman yang kurang tepat mengenai
tidur di siang hari dan sebuah hadits Rasul, “Tidurnya orang yang
berpuasa adalah ibadah”. Lebih tepat bila aktivitas tidur di bulan
puasa yang berpahala adalah sebagai berikut :
- Tidur proporsional karena letih dan lelah fisik setelah beraktivitas atau bekerja mencari ; rezeki yang halal.
- Tidur proporsional karena untuk persiapan qiyamullail (menghidupkan saat malam hari dengan ibadah)
- Tidur untuk menghindari aktivitas akan dapat mengganggu ibadah
puasa, seperti menggosip, menonton acara TV atau acara apapun yang
tidak bermanfaat, jalan-jalan tak ada tujuan, dan sebagainya.
Kekhilafan lainnya
- Wanita muslimah yang melepas jilbabnya untuk membuka aurat
- Muslimin yang tidak shalat berjama’ah di masjid
- Hanya beribadah di bulan Ramadhan dan hanya yang bersifat
sunnah, misalkan shalat tarawih, lalu setelah Ramadhan berlalu, maka
berlalu pula ibadah shalat fardhunya.
- Menjadi jarang membaca Al Qur’an dan maknanya dan jarang ber-shadaqah
- Tidak ada motivasi untuk berbuat kebajikan dan untuk memburu malam Lailatul Qadar.
- Besar pasak daripada tiang, kecuali bila biaya pengeluaran itu untuk shadaqah.
- Memupuk semangat konsumerisme dan cenderung boros, lebih sibuk memikirkan persiapan hari raya daripada puasa